• November 28, 2023

5 Mitos dan Fakta Nyeri Pinggang, Nyeri Leher, Nyeri Punggung dan Nyeri Tubuh Remaja Jompo di Perkantoran

Selain posisi dan postur duduk serta kebiasaan menunduk lama, ada sederet penyebab cervical syndrome lainnya. Seperti orang yang suka mengkretek leher, membawa tas selempang, pakai bantal tinggi atau bantal keras, pakai high heels, dan orang yang jarang olahraga. Tak perlu menunggu akumulasi menahun untuk terkena cervical syndrome jika kita banyak melakukan kebiasaan di atas. 

“Yang disebut akumulatif juga beda-beda tergantung kebiasaan dan kelenturan otot dan olahraganya. Bahkan seminggu bisa kena, karena kebiasaan di tempat kerja banyak nunduk, makan siang dipakai check out belanja online, pakai hak tinggi, tas dicantel bawa perabotan lenong, di rumah tidur pakai bantal tinggi, nah, akan semakin komplit akan semakin cepat mengalami cervical syndrome,” beber dr. Zicky.  

4. Masyarakat permisif dengan sakit yang disebut ‘enteng’  

Seringnya, kita jadi masyarakat yang terlalu permisif dan ujungnya ‘ngentengin’ penyakit. Apalagi dengan gejala yang awalnya ringan dan biasa dialami sehari-hari.

“Tapi, kalau sakit kepalanya berulang, nyeri belikat berulang, pegal-pegal, dan tangan pegal kesemutan nggak jelas penyebabnya, buru-buru, deh, dicek,” saran dr. Zicky.  

Untuk semakin menjangkau dan memudahkan kita memeriksa saraf, kini telah hadir Neuro Care by Klinik Pintar, klinik spesialis saraf yang memiliki 13 dokter spesialis saraf serta peralatan canggih yang lengkap. Seperti alat pemeriksaan fisik yang mendeteksi aliran darah ke otak sampai alat untuk mendeteksi gangguan saraf kejepit.

 “Untuk kasus ‘remaja jompo’, ada pemeriksaan EMG atau elektromiografi. Alat ini untuk melihat seberapa jauh gangguannya, apakah di tulang belakangnya kah? Sampai sarafnya, kabelnya, atau ototnya. Setelah itu baru menentukan terapi yang tepat, jadi enggak serabutan, tapi segmented,” paparnya lagi. 

5. Pengobatan Berkali-Kali  

Setelah mendapatkan hasil diagnosis, mendapatkan jenis terapi yang tepat akan meminimalisir durasi minum obat sampai bolak-balik klinik atau rumah sakit.Pilihan untuk terapi gangguan leher pun beragam. Dari obat-obatan saja, obat dan fisioterapi, memakai penyangga leher sementara, injeksi di area leher jika diperlukan, penyuntikan botoks, sampai Transcranial Magnetik Stimulation atau TMS untuk merangsang saraf.  

“Misalnya untuk kasus cervical syndrome mau pakai terapi suntik. Suntik anti inflamasi atau anti peradangan ini berfungsi untuk melemaskan otot. Suntik di sini bukan kayak stigma beranggapan akan bolak-balik, justru berharap selesai dan jangan balik lagi (ke klinik),” jelas dr. Zicky. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *